Jumat, 19 Februari 2010

Kebijakan anti-terorisme jangan mendiskreditkan Ummat Islam

Muhammadiyah UK: Kebijakan anti-terorisme jangan mendiskreditkan Ummat Islam PDF Cetak Kirim
Arif Nur Kholis
Sabtu, 22 Agustus 2009
Social List Bookmarking Widget

London - Meningkatnya kecurigaan aparat kepolisian dan militer terhadap berbagai aktifitas keislaman dan komunitas Muslim tertentu bisa berdampak buruk terhadap pandangan masyarakat umum terhadap kaum Muslim dan Islam, demikian dijelaskan Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Inggris Sarjito Kamis Malam (21/08/2009) waktu London.

Dalam acara bertema "Terrorism under The banner of Jihad/Terorisme atas nama agama" tersebut Sarjito juga menyampaikan himbauannya agar segenap jajaran Polri dan TNI lebih bijaksana dalam menjalankan tugasnya menjaga keamanan masyarakat.

Lebih lanjut Dosen Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang saat ini sedang menempus Studi S3 di Kingston University London ini menjelaskan bahwa ummat Islam adalah komponen terbesar dalam populasi peduduk Indonesia, dan Indonesia dikenal sebagai negeri Muslim terbesar di dunia.

“Kekurangtepatan dalam memperlakukan kaum Muslim dan Islam bisa berdampak buruk terhadap kehidupan internal masyarakat di tanah air dan pandangan dunia terhadap Indonesia baik dari negara-negara barat maupun negeri-negeri Muslim” lanjutnya kemudian.

Makna Jihad Berubah

Sementara itu dalam acara yang bertempat di Ruang Grutacala KBRI London ini, aktifis PCIM Inggris, Amika Wardana,mahasiswa doktoral bidang Sosiologi tentang Masyarakat Muslim di University of Essex yang menjadi moderator dalam acara tersebut menyatakan bahwa secara umum konsep Jihad yang mengalami perubahan sejak masa awal Islam.

Mengutip terminologi dalam "Blackwell Encyclopedia of Sociology" tetang Jihad oleh Najib Azca, Jihad menurut Amika mengalami perubahan makna dari "self-defence" ke ekpansi militer Islam ketika kaum Muslim telah terkonsolidasi dengan baik. “Di Abad ke-18 dan 19, ketika dunia Islam jatuh ke dalam kolonialisme Eropa, Jihad kembali berubah maknanya menjadi perlawanan atau revolusi melawan penjajah”, ujar jebolan Universitas Gadjah Mada yang juga aktif di Majelis Pendidikan Kader PWM DI Yogyakarta ini.

Di masa sekarang ini, menurut Amika dimana dominasi Barat khususnya AS semakin kuat, jihad merupakan gerakan kontra hegemoni Barat, yg kemudian mengadopsi cara-cara terorisme. Disamping itu, terjadi pula domestifikasi konsep jihad sebagai usaha keras mencapai sesuatu atau lebih menekankan makna jihad akbar melawan hawa nafsu, pungkas Amika.

Acara ini sendiri menghadirkan 3 pembicara utama yaitu Najamuddin, mahasiswa master Ilmu Politik dari University of Birmingham, Hariz Azhar, dari Human Right Centre University of Essex dan Deputi Koordinator Kontras dan pembicara ketiga Muhammad Mukhtar Arifin Sholeh dari University of Sheffield yang juga ketua umum Kibar.Diskusi terselenggara atas kerja sama antara Muhammadiyah UK, PPI UK, Kibar dan didukung KBRI London, khususnya Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr M. Riza Sihbudi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar