Dugaan rencana itu disebut-sebut menyerupai deklarasi prinsip yang dipersiapkan dalam proses perdamaian Perjanjian Oslo di awal tahun 1990an. Koran tersebut dilaporkan mengutip dari sumber di Yerusalem Timur.
Situs berita internet Israel, Wallah!, Mengatakan telah menerima sebuah pernyataan dari kantor pemerintah yang menyebut laporan itu tidak benar.
Al Haya melaporkan bahwa skema itu dijelaskan ke utusan AS George Mitchell dalam pertemuannya dengan Netanyahu hari Rabu (11/8) kemarin, yang menyebut rencana itu menggoda bagi para pemimpin Palestina, mengatakan itu bisa mendorong ke proses perdamaian.
Satu hari sebelumnya, Presiden Mahmoud Abbas telah memaparkan rencananya sendiri ke Mitchell, yang memegang pernyataan Kuartet Maret sebagai dasar perundingan. Pernyataan itu menyerukan digelarnya perundingan dalam waktu 24 bulan, dengan tujuan mengakhiri pendudukan Israel di Palestina dan mendirikan sebuah negara di perbatasan 1967.
Netanyahu menolak kesepakatan itu, mengatakan pada media Israel bahwa masyarakat tidak akan pernah menerima persyaratan Palestina.
Menurut Al Haya, apa yang disajikannya itu diletakkan dalam kerangka sebagai pemerintah interim, yang akan ditawarkan sebagai insentif untuk melakukan perundingan.
Netanyahu juga dilaporkan mengatakan bahwa tawaran itu sejalan dengan posisi Hamas, yang menyambut setiap penarikan mundur Israel dari area yang diklaim oleh Palestina.
Koran itu mengutip beberapa pengamat, yang mengatakan bahwa tawaran itu akan membuat Abbas berada dalam posisi sulit, seraya menambahkan bahwa jika tawaran itu diterima maka skenario perdamaian akan memungkinkan. Yang lainnya mengatakan bahwa mereka khawatir perbatasan interim akan menjadi perbatasan permanen, sementara pihak ketiga mengatakan bahwa kesepakatan itu akan menjadi sebuah peluang untuk memberdayakan Palestina dan memberi mereka kesempatan bernegosiasi untuk Yerusalem.
Presiden Mahmoud Abbas sedang menanti pernyataan dari Kuartet Timur Tengah untuk memutuskan apakah membuka kembali perundingan langsung dengan Israel atau tidak, ujar seorang petinggi Fatah pada hari Jumat (14/8).
Utusan damai Uni Eropa, Catherine Ashton, mengatakan bahwa sebuah pernyataan akan dikeluarkan oleh Kuartet – yang juga mewakili PBB, AS, dan Rusia – awal minggu depan, dalam sebuah surat.
Surat Ashton yang dikirim ke menteri-menteri luar negeri UE itu mengatakan bahwa pernyataan tersebut akan menegaskan ulang seruan Kuartet di bulan Maret terhadap Israel agar berhenti membangun pemukiman di tanah pendudukan Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Ashton menulis bahwa Abbas telah meminta tambahan waktu beberapa hari untuk berkonsultasi dengan mitra Arabnya dan badan politik Palestina tapi bahwa dia akan siap memberikan jawaban pasti pada hari Minggu atau awal minggu depan. Ashton juga mengatakan bahwa perundingan kemungkinan akan dimulai lagi pada akhir Agustus.
Nimer Hammad, penasihat politik Abbas, mengatakan bahwa presiden akan menunggu pernyataan Kuartet dikeluarkan sebelum mencapai sebuah keputusan.
Abbas berada di bawah tekanan dari AS untuk membuka kembali perundingan langsung, yang terhenti pada bulan Desember 2008 ketika Israel melancarkan serangan Operation Cast Lead terhadap Gaza.
Proximity talk (perundingan dengan memakai perantara) telah berlangsung sejak bulan Juni, saat utusan damai AS George Mitchell menyampaikan posisi antara kedua negosiator. Pembicaraan tak langsung itu dimaksudkan sebagai pendahulu dari negosiasi langsung dan diberi tenggat waktu empat bulan.
Negosiator Palestina mengatakan bahwa diakhirinya pembangunan pemukiman dan agenda pembicaraan yang jelas, berdasarkan dua negara dengan perbatasan tahun 1967, diperlukan sebelum perundingan langsung bisa dilanjutkan, sebuah permintaan yang telah ditolak oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Menteri luar negeri AS Hillary Clinton menghubungi Netanyahu pada hari Kamis (12/8) sebagai upaya jelas untuk mendorong pemimpin Israel itu melanjutkan pembicaraan. (rin/mn) www.suaramedia.com
Situs berita internet Israel, Wallah!, Mengatakan telah menerima sebuah pernyataan dari kantor pemerintah yang menyebut laporan itu tidak benar.
Al Haya melaporkan bahwa skema itu dijelaskan ke utusan AS George Mitchell dalam pertemuannya dengan Netanyahu hari Rabu (11/8) kemarin, yang menyebut rencana itu menggoda bagi para pemimpin Palestina, mengatakan itu bisa mendorong ke proses perdamaian.
Satu hari sebelumnya, Presiden Mahmoud Abbas telah memaparkan rencananya sendiri ke Mitchell, yang memegang pernyataan Kuartet Maret sebagai dasar perundingan. Pernyataan itu menyerukan digelarnya perundingan dalam waktu 24 bulan, dengan tujuan mengakhiri pendudukan Israel di Palestina dan mendirikan sebuah negara di perbatasan 1967.
Netanyahu menolak kesepakatan itu, mengatakan pada media Israel bahwa masyarakat tidak akan pernah menerima persyaratan Palestina.
Menurut Al Haya, apa yang disajikannya itu diletakkan dalam kerangka sebagai pemerintah interim, yang akan ditawarkan sebagai insentif untuk melakukan perundingan.
Netanyahu juga dilaporkan mengatakan bahwa tawaran itu sejalan dengan posisi Hamas, yang menyambut setiap penarikan mundur Israel dari area yang diklaim oleh Palestina.
Koran itu mengutip beberapa pengamat, yang mengatakan bahwa tawaran itu akan membuat Abbas berada dalam posisi sulit, seraya menambahkan bahwa jika tawaran itu diterima maka skenario perdamaian akan memungkinkan. Yang lainnya mengatakan bahwa mereka khawatir perbatasan interim akan menjadi perbatasan permanen, sementara pihak ketiga mengatakan bahwa kesepakatan itu akan menjadi sebuah peluang untuk memberdayakan Palestina dan memberi mereka kesempatan bernegosiasi untuk Yerusalem.
Presiden Mahmoud Abbas sedang menanti pernyataan dari Kuartet Timur Tengah untuk memutuskan apakah membuka kembali perundingan langsung dengan Israel atau tidak, ujar seorang petinggi Fatah pada hari Jumat (14/8).
Utusan damai Uni Eropa, Catherine Ashton, mengatakan bahwa sebuah pernyataan akan dikeluarkan oleh Kuartet – yang juga mewakili PBB, AS, dan Rusia – awal minggu depan, dalam sebuah surat.
Surat Ashton yang dikirim ke menteri-menteri luar negeri UE itu mengatakan bahwa pernyataan tersebut akan menegaskan ulang seruan Kuartet di bulan Maret terhadap Israel agar berhenti membangun pemukiman di tanah pendudukan Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Ashton menulis bahwa Abbas telah meminta tambahan waktu beberapa hari untuk berkonsultasi dengan mitra Arabnya dan badan politik Palestina tapi bahwa dia akan siap memberikan jawaban pasti pada hari Minggu atau awal minggu depan. Ashton juga mengatakan bahwa perundingan kemungkinan akan dimulai lagi pada akhir Agustus.
Nimer Hammad, penasihat politik Abbas, mengatakan bahwa presiden akan menunggu pernyataan Kuartet dikeluarkan sebelum mencapai sebuah keputusan.
Abbas berada di bawah tekanan dari AS untuk membuka kembali perundingan langsung, yang terhenti pada bulan Desember 2008 ketika Israel melancarkan serangan Operation Cast Lead terhadap Gaza.
Proximity talk (perundingan dengan memakai perantara) telah berlangsung sejak bulan Juni, saat utusan damai AS George Mitchell menyampaikan posisi antara kedua negosiator. Pembicaraan tak langsung itu dimaksudkan sebagai pendahulu dari negosiasi langsung dan diberi tenggat waktu empat bulan.
Negosiator Palestina mengatakan bahwa diakhirinya pembangunan pemukiman dan agenda pembicaraan yang jelas, berdasarkan dua negara dengan perbatasan tahun 1967, diperlukan sebelum perundingan langsung bisa dilanjutkan, sebuah permintaan yang telah ditolak oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Menteri luar negeri AS Hillary Clinton menghubungi Netanyahu pada hari Kamis (12/8) sebagai upaya jelas untuk mendorong pemimpin Israel itu melanjutkan pembicaraan. (rin/mn) www.suaramedia.com

Tidak ada komentar:
Posting Komentar